Refleksi Hari Bumi

dok Internet
Setiap tahun masyarakat dunia selalu memperingati Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April. Bahwa ide awal peringatan ini adalah untuk mengingatkan arti penting dari menjaga planet ini dari kerusakan yang terjadi. Sejarahnya, Hari Bumi berawal dari demonstrasi mengecam para perusak bumi, yang dilakukan jutaan orang pada tanggal 22 April 1970 di Fifth Avenue, New York. Penggagasnya yaitu Gaylord Nelson seorang senator Amerika Serikat dari Wisconsin, sekaligus pengajar lingkungan hidup.

Tahun 2015 ini sudah masuk pada tahun ke 45 peringatan Hari Bumi. Namun dalam perjalanannya peringatan hari bumi hanya menjadi kegiatan rutin tanpa didasari oleh kesadaran kolektif masyarakat serta pemerintah untuk menjaga dan melestarikan bumi. Kesadaran untuk melestarikan lingkungan hidup seharusnya ditanamkan sedini mungkin dan harus berkesinambungan atau tak lekang oleh waktu. Kita perlu menyadari bahwa permasalahan utama yang diderita bumi kita adalah bukan hanya semata-mata fenomena fisik alam melainkan juga sangat dipengaruhi oleh kerakusan umat manusia dalam memanfaatkan alam. Dampak dari kerusakan lingkungan saat ini secara nyata telah mengancam kelestarian bumi.

Pemanasan global
Kondisi bumi kita sekarang berada pada masa kritis yang mengancam keberlangsungan kehidupan di bumi ini. Berdasarkan laporan Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2007, lebih dari 90% aktivitas manusia mengakibatkan naiknya temperature dalam abad 21 ini. Pelbagai persoalan yang sangat kompleks kini mengancam kelestarian bumi secara nyata semakin kita rasakan. Salah stu fenomena yang terjadi yaitu pemanasan global (Global Warrming). Pemanasan global disebabkan karena terjadinya peningkatan efek rumah kaca. Energi yang diadsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra-merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra-merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan gas CO2 dan gas rumah kaca lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Keadaan ini terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Hal-hal yang dapat menghasilkan gas rumah kaca diantaranya: pembuangan sampah dan kerusakan hutan.

Pembuangan sampah menghasilkan gas metana (CH4). Dengan meningkatnya populasi manusia di bumi, jumlah sampah pun semakin meningkat. Sehingga pemanasan global pun semakin cepat terjadi. Serta kerusakan hutan, salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap karbondioksida (CO2)  yang mengubahnya menjadi oksigen (O2). CO2 merupakan salah satu dari gas rumah kaca dengan adanya kerusakan hutan yang makin parah, maka makin memicu terjadinya pemanasan global karena gas COtidak dapat diubah menjadi O2.

Aksi Nyata
Salah satu cara efektif untuk menanggulangi pemanasan global adalah melalui menggalakan gerakan Green Revolution dan Four Re (Reduce, Reuse, Recycle, Replace). Green revolution merupakan cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara yakni dengan menanam tanaman dalam jumlah banyak dan memeliharanya. Tanaman akan menyerap karbon dioksida untuk proses fotosintesis dan akan melepaskan oksigen ke udara. Aksi ini sangat diperlukan dalam lingkungan perkotaan untuk meminimalisir segudang polusi yang dihasilkan oleh industri dan aktivitas lainnya.

Gerakan lain dengan menerapkan prinsip 4R dalam aktivitas kehidupan kita. Pertama, Reduce (mengurangi sampah) yakni  dengan sebisa mungkin lakukan minimalisir barang atau material yang kita gunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Kedua, Reuse (menggunakan kembali) berarti menghemat dan mengurangi sampah dengan cara menggunakan kembali barang-barang yang telah dipakai.. Ketiga, Recycle (mendaur ulang) mendaur ulang diartikan mengubah sampah menjadi produk baru, khususnya untuk barang-barang yang tidak dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama, misalnya kertas, aluminium, gelas, dan plastik. Keempat, Replace (mengganti) yakni mengganti barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.


Berbagai langkah dan gerakan kongkrit tersebut dapat kita lakukan. Maka dalam momentum peringatan Hari Bumi ini tidak hanya sebatas simbolis peringatan semata. Namun kita selaku penghuni bumi haruslah menjaga kelestarian bumi. Karena eksistensi dan kesehatan bumi merupakan kepentingan semua orang. Setidaknya ada empat kelompok besar manusia yang harus terlibat dalam proses penyembuhan, yaitu pemerintah, perusahan (pasar), penggiat lingkungan dan masyarakat umum. Pemerintah, sebagai otoritas tertinggi dalam kehidupan bernegara. Memiliki fungsi administrasi dan regulasi dengan mengeluarkan kebijakan yang pro-lingkungan. Sementara pasar (swasta) yang memiliki modal kapital cukup besar. Berperan melalui program-program  Corporate Social Responbility (CSR), dengan memperbanyak porsi untuk kegiatan bertajuk lingkungan. Penggiat lingkungan dapat membantu pemerintah dalam merumuskan suatu regulasi dalam perbaikan lingkungan. Sedangkan bagi masyarakat umum, terutama sekali yang diperlukan yaitu kesadaran. Apakah peringatan Hari Bumi hanya menjadi kegiatan rutin yang simbolis? Tanpa kesadaran dan langkah kongkrit dari segenap elemen masyarakat. Waallahu a’lam.

*Opini ini pernah dimuat di koran  muria

You Might Also Like

0 komentar

Flickr Images