Jomblo
DUKA JOMBLO TIDAKLAH ISTIMEWA
dok Internet“Mereka dirampas haknya |
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Padamu kami berjanji…”
Jomblo diidentikkan dengan duka,
lara dan nestapa. Ah tiap kali menyoal jomblo pasti juntrung-nya kesedihan. Bagimana gak sedih coba, ketika kita masih
dirundung dengan kenangan masa silam, malah sang mantan sudah melebarkan senyum
bersama pacar barunya. Fenomena demikian menjadi hati ini merasa remuk redam
dan merah membara, bagaikan bregedel dicocol saos super pedas. Begitulah
rasanya. Iya kan mblo?
Apalagi jika putusnya hubunganmu
dan dia hanya karena alasan yang amat klise,
“kamu terlalu baik”, “kamu sudah berubah”, dan yang paling HeuHeu ketika dia mengatakan “kita sudah gak cocok”. Jomblo dengan
sebab apapun gak ada perbedaan strata kejomboloan. Jomblo ya jomblo, menjadi
mahluk yang paling tenar ketika malam minggu tiba. Mulai dari kicauan timeline,
PM, DP BBM sampai operator yang tiba-tiba ngirim sms “Kamu habis putus cinta,
aktifkan I-ring -Hapuskanlah Ingatanku-“ Kan rasanya menohok banget mblo. Siapa
sih operator yang berani-berani ngirim sms seperti itu, kalau saja dia cowok
saya jadikan teman, kalo saja dia cewek saya jadikan gebetan. Kan lumayan.
Ah sudahlah sampai kapan kita, para
jomblo mengenang duka atas status ini. Beribu-ribu tulisan, video, dan lagu
tentang duka putus cinta dan kejombloan hanya akan menjadikan para jomblo
menaikan tingkat kedukaan. Hai para jomblo, kini sudah saatnya kita singsingkan
lengan baju, busungkan dada dan siap bertarung melawan gemuruh kenangan bersama
mantan. Aih. Sulit memang, karena perjalanan kisah cinta yang terlalu lama,
maka melupakan mantan terasa lebih sulit daripada ngupil pake jempol kaki
(jangan tiru adegan ini, tanpa keahlian khusus). Tapi kenapa duka jomblo
tidaklah istimewa?
Iya, duka jomblo tidaklah istimewa.
Walau saya sebagai jomblo awam yang masih belajar banyak di jamiyah jomblo.co.
Saya mencoba memaknai duka seorang jomblo tidaklah istimewa. Ini mungkin bisa
menjadikan alternatif resep pukpuk bagi
para jomblo. Kadang ketika kita bergelar jomblo seakan bumi ini berputar lebih
cepat seperti biasanya. Hati bergemuruh lebih kencang dan penyesalan datang
bertubi-tubi. Merasa menjadi orang yang paling kesepian di muka bumi, hanya
nyamuk mahrib yang setia menemani. Tapi percayalah mblo, duka jomblo tidaklah
se-istimewa itu. Karena perasaan duka semacam itu sebenarnya produksi dari diri
kita sendiri.
Coba sejenak keluar rumah, lihatlah
persoalan lain yang ada di sekeliling kita. Tentang anak putus sekolah karena terjerat
biaya, tentang Ibu-ibu rumah tangga yang menjerit karena harga BBM dan sembako
naik, tentang pak tua yang membanting tulang sehari semalam hanya agar bisa
makan, tentang masyarakat papua yang dikeruk hasil tambangnya namun
kesejahteraannya rendah, tentang ibu-ibu rembang yang rela mengungsi akibat
dari lahannya yang digusur untuk pembangunan pabrik semen, tentang warga
Ahmadiyah yang dijegal oknum saat mau melaksanakan ibadah, dan tentang warga
syiah sampang yang diusir dari tempat tinggalnya. Coba renungkanlah, ratapilah,
rasakanlah duka mereka.
Keistimewaan duka jomblo tidak ada
apa-apanya, hanya sekecil gethek
(perahu yang terbuat dari rakitan bambu) yang hanyut di tengah samudra. Janganlah terus menerus terkungkung
oleh persoalan-persoalan yang berskup
kecil, apalagi yang bersifat pribadi tentang percintaan dan hati. Gak ada
hasilnya, menyesal, bersedih, berduka kehilangan pacar itu boleh dan halal
menurut fatwa jomblo nusantara, asal tidak berlarut-larut. Kita semuanya
sepakat bahwa manusia merupakan mahluk sosial, maka jangan sampai persoalan
duka kita sebagai jomblo menelatarkan jiwa sosial kita sebagai manusia. Acuh
dengan ketimpangan sosial yang terjadi di negeri ini.
*Pupuk ini pernah dimuat di sini
0 komentar