Optimisme Gerakan Kolektif Pemuda Kudus

“Malam minggu malam yang panjang”
Sebuah lirik lagu Sedap Betul yang populer dinyanyikan oleh Djamal Mirdad ini menggugah saya agar bergegas keluar rumah. Saya yang saat itu sedang mengunjungi tempat saudara saya yang di Kudus, tepatnya di Kecamataan Undaan. Tanpa berpikir panjang. Walaupun saat itu bintang di langit sedikit yang nampak, ini biasanya pertanda kalau mau turun hujan. Tapi Saya tak mau menyia-nyiakan momen malam minggu, apalagi ini sedang berada di kota Kudus. Kudus yang terkenal dengan kota kretek, kota semarak, dan sebutan lainnya.

Saya dan saudara yang kebetulan umurnya tidak terpaut terlalu jauh dan juga sama-sama senang nongkrong. Kami memutuskan untuk keluar menikmati malam itu, sekitar habis sholat mahrib kita bersiap-siap berangkat. Keluar dari kecamatan Undaan menuju kota. Di tengah perjalanan kami sempat bingung, kami bingung bukan karena tidak tahu tempat-tempat yang asik buat nongkrong. Saudaraku yang asli orang Kudus dan saya yang sering bolak-balik ke Kudus maka jalan menuju tempat nongkrong tak jadi masalah. Namun yang menjadi kebingungan kami di perjalanan ialah menenutukan mana dulu yang perlu dikunjungi. Ini saking banyaknya tempat yang enak buat nongkrong di Kudus jadi kami malah bingung. Mungkin begitu pernyataan yang keluar dari obrolanku di jalan.

Akhirnya setelah memutari alun-alun Kudus sampai tujuh kali kami mengambil arah Jepara. Tempat yang hendak kami tuju pertama kali adalah daerah Menara, karena saat itu ada rencana untuk bertemu keramain di sana. Berbagai orang lalu lalang dengan begitu ramainya, kendaraan yang melintaspun akan tersendat karena arus agak macet. Di tempat tersebut kami hanya memutuskan untuk mampir ke toko pulsa sekedar untuk mengisi pulsa.

Perjalanan kami lanjutkan, kembali ke putaran alun-alun dengan mengambil jalur ke arah Gor Kudus. Karena menurut informasi dari saudaraku di sana ada tempat nongkrong yang asik, tempatnya lesehan, ada pasar malamnya juga, serta tempat berkumpulnya komunitas-komunitas di Kudus. Setelah sampai di tempat tersebut kami segera mencari tempat yang strategis buat nongkrong, ngobrol, dan yang viewnya bagus agar bisa menjamah pemandangan malam. Dan kami menemukan tempat lesehan dengan beberapa fasilitas utama gelaran tikar. Tak lama, kami langsung pesan minuman dan jajan yang sudah tersedia. Ternyata jajanan yang disediakan di warung tersebut hampir semuanya dibakar, ada bakso tusuk bakar, bakwan bakar, tempe kemul bakar, dan lain-lain. Hwa ini akan menambah semangat lidahku untuk segera mencicipi jajanan dengan penuh gairah. Dari berbagai jajanan yang disediakan oleh pemilik warung, saya menemukan hal yang menginspirasi, bahwa orang Kudus banyak melakukan inovasi di sektor penyajian jajajan, salah satunya Ibu pemilik warung itu. Bakwan yang biasanya hanya sekedar disajikan dengan digoreng, namun ia mencoba menyajikannya dengan digoreng juga dibakar dengan olesan sambal kecap yang akan menambah aroma sedap.

Setelah pesanan datang, saya langsung melahapnya tanpa basa-basi berhubung perut juga sudah mulai mendengungkan nada panggilan lapar. Sembari menikmati jajanan dan pemandangan malam di bawah langit Kudus, tetiba mata saya melihat sekelompok anak muda. Sekelompok anak muda ini ternyata sebuah komunitas, salah satu komunitas yang dibentuk oleh generasi muda Kudus.

Dengan dibayang-bayangi suara riuh keramaian saya sedikit menangkap obrolan yang bersumber dari sekelompok anak muda tersebut. Dalam obrolan komunitas itu saya sedikit menyimpulkan bahwa mereka akan melakukan kegiatan sosial untuk memberikan kontribusi bagi warga Kudus. Walau kegiatan yang dipaparkan kurang tertangkap jelas oleh pendengaranku karena tempat semakin ramai. Tapi yang pasti kegiatan yang direncakannya berdampak positif untuk masyarakat Kudus. Seketika itu rasa optimis saya meningkat, dengan masih banyaknya generasi muda yang memikirkan kemaslahatan orang banyak. Walau kadang banyak berita yang kita terima mengatakan bahwa generasi muda kita sudah tercemar budaya barat, hedonis, malas-malasan, lebih mementingkan diri sendiri. Ternyata dalam perjamuan malam minggu itu saya lebih optimis, masih lebih banyak generasi muda yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.


http://kontak.ugm.ac.id/images/foto/
Semangat Pemuda (Sumber: https://kontak.ugm.ac.id)

Di saat bangsa ini sedang mengalami goncangan berbagai masalah kemiskinan, korupsi, serta krisis kepemimpinan. Peranan anak muda atau selanjutnya saya sebut pemuda ini akan menjadi tonggak perjuangan bangsa Indonesia selanjutnya. Peran pemuda sudah tak dapat dibantah lagi, jika kita mengingat sejenak runtutan sejarah perjuangan bangsa Indonesia maka pemuda menjadi salah satu elemen penting dalam terbentuknya bangsa Indonesia.

Sejarah mencatat bahwa Pangeran Diponegoro yang baru berusia 16 tahun telah ikut berperang. Serta dirikannya Budi Utomo yang diprakarsai oleh tokoh muda Soetomo dan Goenawan Mangoen Kusumo, yang kita kenal dengan momen Kebangkitan Nasional. Kemudian pada tahun 1928, kaum muda mengguncang sejarah dengan mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Sebuah manifesto yang heroik, di mana seluruh organisasi pemuda se nusantara berkumpul dan mengkikrakan tiga sumpah sebagai lambang persatuan bangsa.
Naskah Sumpah Pemuda (sumber: www.pusatsekolah.com)

Kita kembali ke Kudus dengan sekelompok pemuda yang telah membentuk gerakan kolektif. Gerakan kolektif pemuda melalui komunitas-komunitas akan dapat memberikan sumbangsih besar bagi pembangunan Kudus pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Tak perlu diragukan lagi kontribusi dan prestasi yang telah diberikan oleh pemuda Kudus untuk mengharumkan nama Kudus. Beberapa kegiatan yang digelar oleh komunitas di Kudus diantaranya Komunitas Pecinta Alam Gondosari (Kompag) Kudus yang menggelar kegiatan peduli lingkungan dengan acara pencabutan paku-paku di pohon, penghijauan atau penanaman pohon di pinggir jalan. Kegiatan tersebut bertujuan agar generasi muda peduli lingkungan. (Informasi lengkap bisa dilihat di sini). Komunitas Honda Streetfire Club Indonesia (HSFCI) chapter Kudus bekerjasama dengan pihak Polres Kudus untuk peduli dengan peraturan lalu lintas demi terciptanya safety riding. (Informasi lengkap bisa dilihat di sini). Serta kegiatan yang dilakukan oleh tiga komunitas anak motor asal Kudus, yakni Smotic, Iron Eangle, dan Smock pada bulan puasa yang lalu mereka memanfaatkan bulan penuh berkah dengan mengadakan buka puasa dan bakti sosial kepada anak yatim. Kegiatan ini menginspirasi kita untuk tetap berbagi bagi anak yatim serta peduli sosial. (Informasi lengkap bisa dilihat di sini).
Sumber: www.murianews.com
Selain kontribusi berupa kegiatan, juga banyak prestasi yang telah ditoreh pemuda Kudus. Mulai dari ajang kompetisi tinggat regional, nasional, hingga internasional. Dalam kompetisi debat bahas arab tingkat provinsi jawa tengah yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Ma’arif Jawa Tengah juara diraih oleh tiga siswi dari Banat Kudus. (Informasi lengkap bisa dilihat di sini). Pada tingkat nasional, Mico mewakili kontingen jawa tengah dari SMP 2 Kudus menjuarai lomba kaligrafi tingkat nasional di ajang Pentas PAI yang diadakan di Bekasi. (Informasi lengkap bisa dilihat di sini). Serta dalam ajang perhelatan tenis South East Asia Junior Tournament 2015 yang akan di gelar di Singapura pada 27 Oktober petenis junior Rara Sima Kusuma Wardani asal Kudus terpilih untuk mewakili Indonesia. (Informasi lengkap bisa dilihat di sini).
Sumber : www.murianews.com
Sederet kegiatan dan prestasi yang membanggakan tentunya akan meningkatkan rasa optimisme kita akan gerakan kolektif pemuda Kudus. Pemuda ikut serta dalam pembangunan Kudus melalui berbagai bidang yang digelutinya masing-masing.

Meminjam istilah bang Roma sang raja dangdut, bahwa “masa muda masa yang berapi-api”. Semangat pemuda akan bisa menggoncangkan dunia. Seperti kata Soekarno dalam pidatonya “berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku goncangkan dunia”.
Ilustrasi Ir. Soekarno (sumber: www.kaskus.co.id)

*
Segelas kopi sudah habis, malam kian larut dan keramaianpun ikut surut. Saya dan saudara segera siap-siap pulang menuju Undaan. Berhubung kami terlalu asik ngobrol di lesehan depan Gor Kudus, maka malam itu kami pending dulu untuk mengunjungi tempat lain di Kudus. Setidaknya saya puas dengan keindahan malam yang disuguhkan dengan melihat optimisme gerakan kolektif pemuda Kudus.


Referensi:
http://www.koranmuria.com/

You Might Also Like

0 komentar

Flickr Images