HUT 466 Kudus
Indonesia
Kudus Membangun
Optimisme Gerakan Kolektif Pemuda Kudus
“Malam minggu malam yang panjang”
Sebuah
lirik lagu Sedap Betul yang populer dinyanyikan oleh Djamal Mirdad ini menggugah saya agar
bergegas keluar rumah. Saya yang saat itu sedang mengunjungi tempat saudara
saya yang di Kudus, tepatnya di Kecamataan Undaan. Tanpa berpikir panjang. Walaupun
saat itu bintang di langit sedikit yang nampak, ini biasanya pertanda kalau mau
turun hujan. Tapi Saya tak mau menyia-nyiakan momen malam minggu, apalagi ini
sedang berada di kota Kudus. Kudus yang terkenal dengan kota kretek, kota
semarak, dan sebutan lainnya.
Saya
dan saudara yang kebetulan umurnya tidak terpaut terlalu jauh dan juga
sama-sama senang nongkrong. Kami memutuskan untuk keluar menikmati malam itu,
sekitar habis sholat mahrib kita bersiap-siap berangkat. Keluar dari kecamatan
Undaan menuju kota. Di tengah perjalanan kami sempat bingung, kami bingung bukan karena tidak tahu tempat-tempat yang asik buat nongkrong. Saudaraku yang asli
orang Kudus dan saya yang sering bolak-balik ke Kudus maka jalan menuju tempat
nongkrong tak jadi masalah. Namun yang menjadi kebingungan kami di perjalanan ialah
menenutukan mana dulu yang perlu dikunjungi. Ini saking banyaknya tempat yang enak buat nongkrong di Kudus jadi kami malah bingung. Mungkin begitu pernyataan yang keluar dari obrolanku di jalan.
Akhirnya
setelah memutari alun-alun Kudus sampai tujuh kali kami mengambil arah Jepara.
Tempat yang hendak kami tuju pertama kali adalah daerah Menara, karena saat itu
ada rencana untuk bertemu keramain di sana. Berbagai orang lalu lalang
dengan begitu ramainya, kendaraan yang melintaspun akan tersendat karena arus
agak macet. Di tempat tersebut kami hanya memutuskan untuk mampir ke toko pulsa sekedar untuk mengisi pulsa.
Perjalanan kami lanjutkan, kembali ke putaran alun-alun dengan mengambil jalur ke arah Gor
Kudus. Karena menurut informasi dari saudaraku di sana ada tempat nongkrong
yang asik, tempatnya lesehan, ada pasar malamnya juga, serta tempat
berkumpulnya komunitas-komunitas di Kudus. Setelah sampai di tempat tersebut
kami segera mencari tempat yang strategis buat nongkrong, ngobrol, dan yang viewnya bagus agar bisa menjamah
pemandangan malam. Dan kami menemukan tempat lesehan dengan beberapa fasilitas
utama gelaran tikar. Tak lama, kami langsung pesan minuman dan jajan yang sudah
tersedia. Ternyata jajanan yang disediakan di warung tersebut hampir semuanya
dibakar, ada bakso tusuk bakar, bakwan bakar, tempe kemul bakar, dan lain-lain.
Hwa ini akan menambah semangat lidahku untuk segera mencicipi jajanan dengan
penuh gairah. Dari berbagai jajanan yang disediakan oleh pemilik warung, saya menemukan
hal yang menginspirasi, bahwa orang Kudus banyak melakukan inovasi di sektor
penyajian jajajan, salah satunya Ibu pemilik warung itu. Bakwan yang biasanya
hanya sekedar disajikan dengan digoreng, namun ia mencoba menyajikannya dengan
digoreng juga dibakar dengan olesan sambal kecap yang akan menambah aroma
sedap.
Setelah
pesanan datang, saya langsung melahapnya tanpa basa-basi berhubung perut
juga sudah mulai mendengungkan nada panggilan lapar. Sembari menikmati jajanan
dan pemandangan malam di bawah langit Kudus, tetiba mata saya melihat
sekelompok anak muda. Sekelompok anak muda ini ternyata sebuah komunitas, salah
satu komunitas yang dibentuk oleh generasi muda Kudus.
Dengan
dibayang-bayangi suara riuh keramaian saya sedikit menangkap obrolan yang
bersumber dari sekelompok anak muda tersebut. Dalam obrolan komunitas itu saya
sedikit menyimpulkan bahwa mereka akan melakukan kegiatan sosial untuk
memberikan kontribusi bagi warga Kudus. Walau kegiatan yang dipaparkan kurang
tertangkap jelas oleh pendengaranku karena tempat semakin ramai. Tapi yang
pasti kegiatan yang direncakannya berdampak positif untuk masyarakat Kudus.
Seketika itu rasa optimis saya meningkat, dengan masih banyaknya generasi muda
yang memikirkan kemaslahatan orang banyak. Walau kadang banyak berita yang kita
terima mengatakan bahwa generasi muda kita sudah tercemar budaya barat,
hedonis, malas-malasan, lebih mementingkan diri sendiri. Ternyata dalam perjamuan
malam minggu itu saya lebih optimis, masih lebih banyak generasi muda yang memiliki
jiwa sosial yang tinggi.
Semangat Pemuda (Sumber: https://kontak.ugm.ac.id) |
Di
saat bangsa ini sedang mengalami goncangan berbagai masalah kemiskinan,
korupsi, serta krisis kepemimpinan. Peranan anak muda atau selanjutnya saya
sebut pemuda ini akan menjadi tonggak perjuangan bangsa Indonesia selanjutnya. Peran
pemuda sudah tak dapat dibantah lagi, jika kita mengingat sejenak runtutan
sejarah perjuangan bangsa Indonesia maka pemuda menjadi salah satu elemen
penting dalam terbentuknya bangsa Indonesia.
Sejarah
mencatat bahwa Pangeran Diponegoro yang baru berusia 16 tahun telah ikut
berperang. Serta dirikannya Budi Utomo yang diprakarsai oleh tokoh muda Soetomo
dan Goenawan Mangoen Kusumo, yang kita kenal dengan momen Kebangkitan Nasional.
Kemudian pada tahun 1928, kaum muda mengguncang sejarah dengan mendeklarasikan
Sumpah Pemuda. Sebuah manifesto yang heroik, di mana seluruh organisasi pemuda
se nusantara berkumpul dan mengkikrakan tiga sumpah sebagai lambang persatuan
bangsa.
Naskah Sumpah Pemuda (sumber: www.pusatsekolah.com) |
Kita
kembali ke Kudus dengan sekelompok pemuda yang telah membentuk gerakan
kolektif. Gerakan kolektif pemuda melalui komunitas-komunitas akan dapat
memberikan sumbangsih besar bagi pembangunan Kudus pada khususnya dan bangsa
Indonesia pada umumnya. Tak perlu diragukan lagi kontribusi dan prestasi yang
telah diberikan oleh pemuda Kudus untuk mengharumkan nama Kudus. Beberapa
kegiatan yang digelar oleh komunitas di Kudus diantaranya Komunitas Pecinta
Alam Gondosari (Kompag) Kudus yang menggelar kegiatan peduli lingkungan dengan
acara pencabutan paku-paku di pohon, penghijauan atau penanaman pohon di
pinggir jalan. Kegiatan tersebut bertujuan agar generasi muda peduli
lingkungan. (Informasi lengkap bisa dilihat di sini). Komunitas Honda Streetfire
Club Indonesia (HSFCI) chapter Kudus bekerjasama dengan pihak Polres Kudus
untuk peduli dengan peraturan lalu lintas demi terciptanya safety riding. (Informasi lengkap bisa dilihat di sini). Serta
kegiatan yang dilakukan oleh tiga komunitas anak motor asal Kudus, yakni
Smotic, Iron Eangle, dan Smock pada bulan puasa yang lalu mereka memanfaatkan
bulan penuh berkah dengan mengadakan buka puasa dan bakti sosial kepada anak
yatim. Kegiatan ini menginspirasi kita untuk tetap berbagi bagi anak yatim
serta peduli sosial. (Informasi lengkap bisa dilihat di sini).
Sumber: www.murianews.com |
Sumber : www.murianews.com |
Meminjam
istilah bang Roma sang raja dangdut, bahwa “masa muda masa yang berapi-api”. Semangat
pemuda akan bisa menggoncangkan dunia. Seperti kata Soekarno dalam pidatonya “berikan
aku sepuluh pemuda, maka akan aku goncangkan dunia”.
Ilustrasi Ir. Soekarno (sumber: www.kaskus.co.id) |
*
Segelas
kopi sudah habis, malam kian larut dan keramaianpun ikut surut. Saya dan
saudara segera siap-siap pulang menuju Undaan. Berhubung kami terlalu asik
ngobrol di lesehan depan Gor Kudus, maka malam itu kami pending dulu untuk
mengunjungi tempat lain di Kudus. Setidaknya saya puas dengan keindahan malam
yang disuguhkan dengan melihat optimisme gerakan kolektif pemuda Kudus.
Referensi:
http://www.koranmuria.com/
Referensi:
http://www.koranmuria.com/
0 komentar