Kudus, Kretek dan Kemandirian Ekonomi Nasional

Bulan ini, tepatnya tanggal 3 Oktober telah diperingati sebagai Hari Kretek Nasional. Ketika kita berbicara kretek maka kita akan tertuju pada Kota Kudus. Iya, Kudus merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Jawa Tengah, dengan kretek sebagai ikon kota tersebut. Karena kretek ditemukan pertama kali oleh orang Kudus, dan jika kita berkunjung ke Kudus, di sana kita bakal menemukan banyak industri rokok kretek. Sebut saja PT Sukun, Jamboe bol, Nojorono, dan Djarum. Sebagai perusahan besar yang memproduksi rokok kretek hingga ke pelosok negeri.

Sebelum melanjutkan ulasan tentang kretek maka alangkah lebih afdolnya kita mencoba untuk mengenal sekilas tentang sejarah rokok kretek. Konon pada zaman dahulu kala sekitar abad ke 19 ada seorang warga Kudus yang  bernama Haji Djamhari yang terkena sakit di bagian dada, kemudian beliau mengoleskan minyak cengkeh pada bagian yang sakit. Setelah beberapa hari sakit yang dideritanya reda. Maka Haji Djamhari ini kemudian bereksperimen cengkeh yang dicampur dengan tembakau dan dibungkus dengan klobot (daun jagung kering). Dengan hasil yang memuaskan sehingga Haji Djamhari melayani banyak permintaan rokok cengkeh. Lantaran ketika dihisap, cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi "keretek". Maka rokok tersebut dinamakan rokok kretek. Haji Djamhari meninggal pada tahun 1890. Sepuluh tahun kemudian, penemuan Haji Djamhari menjadi dagangan memikat di tangan Nitisemito, perintis industri rokok di Kudus. Bisnis rokok dimulai oleh Nitisemito pada 1906 dan pada 1908 usahanya resmi terdaftar dengan merek 'Tjap Bal Tiga". Bisa dikatakan langkah Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya industri rokok kretek di Indonesia.

Industri Rokok Kretek
Penentuan Hari kretek Nasional yang diperingati tiap tanggal 3 Oktober ini berdasarkan peresmian didirikannya museum kretek Kudus. Museum kretek didirikan bertujuan agar masyarakat dapat mengenal sejarah dan proses pembuatan rokok kretek di Indonesia. Kudus sebagai kota yang pertama kali mengenalkan rokok kretek di Indonesia berinisiatif membangun museum kretek ini. Museum kudus yang bertempat di jalan Getas Pejaten, Kecamatan Jati, Kudus. Jika kita berkunjung ke dalam museum kita dapat melihat berbagai hal tentang kretek, mulai dari jenis-jenis tembakau yang digunakan, proses pembuatan rokok kretek dari yang tradisional dengan dilinting langsung dengan tangan hingga proses yang modern menggunakan alat.
Diorama pembuatan Sigaret Kretek Tangan (Sumber:www.cigarskruie.com)
Museum tersebut diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah pada saat masa itu, Soepardjo Roestam pada tanggal 3 Oktober 1986. Kenapa kretek dibuatkan sebuah museum, karena kretek merupakan ciptaan anak bangsa (Haji Djamhari) dan telah banyak memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia secara umum.

Digagas dan diresmikan oleh pemerintah, tentunya merupakan sebuah bentuk pengakuan pemerintah atas kretek. Museum kretek menjadi sebuah simbol dan prasasti untuk memberikan penanda bagi masyarakat luas dan juga generasi penerus bangsa bahwasanya kretek mempunyai peranan penting yang besar dalam membangun negeri ini.

Sebagai warisan leluhur karya anak bangsa rokok kretek harus tetap kita lestarikan. Namun fenomena yang terjadi sekarang sedang marak kampanye antitembakau yang pastinya akan mulai menggerus industri rokok kretek. Padahal jika kita mencoba berpikir jerih, bahwa gerakan kampanye anti rokok itu merupakan upaya dari pihak asing yang ingin bersaing dengan industri kretek Indonesia. Dengan menggaungkan isu bahaya nikotin yang terkandung dalam tembakau. Dengan menyatakan nikotin pada tembakau memicu ketergantungan membuka celah untuk mewujudkan niat pengambilalihan bisnis nikotin. Persekutuan perusahan-perusahan farmasi dunia, lembaga kesehatan dan lembaga swadaya masyarakat dibentuk, dan genderang perang antitembakau  ditabuh dengan kedok isu kesehatan.

Melalui sokongan dana yang diberikan industri farmasi, persekutuan ini berhasil memasukan agenda ke kerangka kebijakan internasional dalam organisasi kesehatan dunia (WHO). Upaya mendorong negara-negara di dunia untuk memberlakukan kebijkan yang sesuai kerangka rezim kesehatan, tanpa lagi memperdulikan peran sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Tujuan utamanya adalah memutuskan jalan mengganti pemanfaatan nikotin alami dari tembakau dengan produk-produk rekayasa nikotin yang telah dikantongi hak patennya. Upaya pengambilalihan bisnis miliayaran dollar ini terjadi di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.

Kretek dan Kemandirian Ekonomi
Menurut data Dirjen Bea Cukai dari Kementerian perindustrian menyebutkan bahwa industri kretek memberikan pemasukan negara melalui cukai sebesar Rp 101,2 triliun pada tahun 2013, dan diperkirakan meningkat pada tahun 2014 sebesar 110 triliun. Ini bukti bahwa industri rokok kretek merupakan industri yang meningkatkan perekonomian nasional. Walupun dalam masa krisis industri kretek tidak akan terkena dampaknya, karena dalam industri rokok kretek segala bahan baku, distribusi sampai konsumennya  lebih banyak terdapat dalam negeri. Serta industri rokok kretek ini melibatkan masyarakat secara luas dari hulu ke hilir. Dari hulu para petani tembakau, petani cengkeh, dan sampai hilir para pedagang rokok kretek.

Jika kita membahas kemandirian ekonomi nasional kita bisa melihat para pemikir sistem ekonomi Indonesia seperti Soekarno tentang Ekonomi berdikari, Muhammad Hatta tentang Demokrasi Ekonomi, Sultan Sjahrir tentang Sosialisme kerakyatan hingga Mubyarto tentang Ekonomi pancasila, semuanya menyimpulkan perekonomian negara ini perlu disusun dengan karakteristik khas yang bertumpu pada konsep kerakyatan dengan berorientasi memberdayakan kekuatan ekonomi rakyat. Adapun kebijakan untuk mencapai kemandirian ekonomi tersusun dalam langkah-langkah strategis sebagai berikut: pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dalam rangka pembrantasan kemiskinan, penegasan orientasi kepada pasar domestik, pemerataan dan penyebaraan pembangunan ke daerah-daerah, dan kegiatan ekonomi dengan bertumpu pada pengembangan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sampai sekarang, industri kretek satu-satunya kegiatan ekonomi yang mengakomodir langkah-langkah mencapai kemandirian ekonomi nasional.

Tenaga kerja industri rokok kretek (Sumber:www.jakartasatu.com)
Maka dari itu, Kudus sebagai salah satu central industri rokok kretek di Indonesia secara langsung telah berperan dalam kemandirian ekonomi nasional. Namun dalam hal ini yang perlu kita tegaskan bahwa dalam sebuah industri ada pihak yang paling berjasa dalam keberlangsungan produksi rokok kretek. Mereka ialah para tenaga kerja yang bekerja membuat rokok kretek, dengan telaten setiap harinya mereka berkerja selama 8 jam. Tenaga kerja yang rata-rata didominasi oleh ibu-ibu tentunya membutuhkan perhatian serius oleh pihak pemerintah dan pemilik industri, agar tenaga kerja tetap mendapatkan kesejahteraan hidup. 

Referensi:
Buku "Kretek: Kemandirian dan Kedaulatan Bangsa Indonesia"

You Might Also Like

0 komentar

Flickr Images